Saya selalu
berusaha menemukan sisi baik dari apa pun yang terjadi di depan mata. Itu cara
saya untuk menikmati setiap momen. Salah satunya adalah ketika menyeberangi
Selat Bali, penghubung Pulau Bali dan Pulau Jawa. Beberapa kali saya
menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali, menuju Pelabuhan Ketapang,
Banyuwangi, dengan kapal feri dan kerap malam hari. Nah, Akhir April lalu, kebetulan
kapal yang saya tumpangi berlayar pada sore hari.
Bagi saya, cuaca dingin memberi sensasi tersendiri saat
berada di sebuah destinasi wisata. Itu
pulalah yang saya rasakan saat berkunjung ke Danau Beratan di kawasan Bedugul,
Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Jangankan danau
yang dikelilingi bukit berselimut kabut, pemandangan sepanjang perjalanan yang
menanjak dan berliku pun memesona. Maklum, kawasan ini berada di dataran tinggi
Bali. Selain kebun buah, sayur, dan bunga, terdapat juga Kebun Raya Bedugul. Kawasan pegunungan yang kerap diguyur hujan
ini pun menyajikan panorama indah sepanjang perjalanan.
Salah satu cara mengenal sebuah daerah adalah melalui museumnya. Nah, jika Anda ingin mengenal sejarah Bali, datang saja ke Museum Bajra Sandhi. Museum yang juga dikenal dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini berdiri megah di tengah Lapangan Renon, Jalan Raya Puputan, Denpasar Timur, Denpasar. Selain hari libur nasional, Museum Bajra Sandhi dibuka setiap hari. Pada Senin-Jumat, museum dibuka pukul 08.30-17.00 WITA. Sedangkan pada Sabtu-Minggu, pengunjung bisa masuk mulai pukul 09.30-17.00 WITA.
Siang itu, setelah diguyur hujan di Pantai Pandawa, saya
sempat pesimistis akan mendapatkan cuaca cerah di Pura Luhur Uluwatu. Apalagi, perjalanan
menuju pura tersohor di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, ini
hanya memakan waktu sekitar 30 menit dari Pantai Pandawa. Namun, ternyata kenyataan berkata lain. Turun
dari kendaraan, saya disambut cuaca cerah. Saya pun tak mau menunggu lama untuk
menengok pura di tebing tinggi dengan view
laut lepas ini.